Saturday, 19 May 2018

[Prosa Pendek] Berharap


Dan biarkan "berharap" itu menjadi ucapan paling akhir dalam pengusahaan. Sebab, kadang ia menjadi kata yang tak pernah toleran membabibutakan, menjadi kata paling naif yang meluluhlantakkan. Pada sesiapa menyimpan, menganakpinakkan "berharap" pada yang selain Keesaan, maka binasalah dalam keniscayaan. Tapi, enyahlah pula penyamaan "berharap" dan "harapan", tersebab kedua itu saling bersisian. Bukan, bukan saling menggantikan, tapi memang berbeda jalan.



Apabila "berharap" itu tak disemayamkan di perbatasan akal dan batin, hilanglah sudah seluruh bahagia yang coba dikecap paksa. Tidak. Tak ada yang mampu mendiktekan sandiwara apapun di hadapan pemilik segala Maha. Secuil pun hampa.

Duhai kau pengejewantahan skenario tak bernama, pelaku segala nafsu yang dinaungi kuasa, selalu camkan bahwa dunia yang kau anggap surga adalah fana adanya. Sisihkan selamanya "berharap" pada yang tak nampak di pelupuk mata, namun berada di dasar samudera semua indra agar tak lari tangismu di pelukan nestapa.

Dan hanya pada Pelukis semesta jiwamu abadi dalam keterasingannya.

Yogyakarta, 16 Mei 2018

No comments:

Post a Comment

Postingan Terbaru

2+5=7

Bel, mungkin di hari ini tepat 25 tahun lalu, langit sedang cerah, hujan batal turun, dan awan enggan bergumul. Sebab, hari itu ada suara ta...

Postingan Populer