Apabila "berharap" itu tak disemayamkan di perbatasan akal dan batin, hilanglah sudah seluruh bahagia yang coba dikecap paksa. Tidak. Tak ada yang mampu mendiktekan sandiwara apapun di hadapan pemilik segala Maha. Secuil pun hampa.
Duhai kau pengejewantahan skenario tak bernama, pelaku segala nafsu yang dinaungi kuasa, selalu camkan bahwa dunia yang kau anggap surga adalah fana adanya. Sisihkan selamanya "berharap" pada yang tak nampak di pelupuk mata, namun berada di dasar samudera semua indra agar tak lari tangismu di pelukan nestapa.
Dan hanya pada Pelukis semesta jiwamu abadi dalam keterasingannya.
Yogyakarta, 16 Mei 2018
No comments:
Post a Comment