Tuesday 19 March 2019

[Review Hotel] Tiga Hari Menjadi Orang Kaya di Hotel Le Meridien Jakarta





Pada awal Desember 2018 lalu, aku menginap di Hotel Le Meridien. Hotel ini terletak di jalan Sudirman, Jakarta Pusat, yang terkenal dengan kepadatan kendaraannya. Bagiku yang sebelumnya hanya pernah menginjakkan kaki di hotel bintang tiga ke bawah, Hotel Le Meridien terasa sangat mewah. Begitu melewati pintu depan, kami—aku dan teman-temanku yang menjadi asisten untuk seminar internasional bertajuk “Global Dynamics Impact to Japan Asean Relations”—disambut oleh pegawai yang berjaga di depan. Mereka membantu menurunkan barang-barang kami untuk keperluan seminar selama dua hari ke depan.


Setelah melewati tahap pengecekan, kami melangkahkan kaki ke dalam dan begitu takjub dengan kemegahan lobinya. Interior hotel benar-benar mewah dan terlihat berkelas. Kami pun menuju ke resepsionis untuk mendapatkan kartu kamar dan segera pergi ke lantai tiga. Hotel Le Meridien terdiri dari delapan lantai dengan dua lantai bawah yang merupakan lobi dan ruang besar untuk konferensi dan berbagai acara lainnya.

Lantai tiga sampai lantai delapan hanya bisa diakses oleh pemegang kartu. Lift dioperasikan menggunakan kartu kamar dan tangga hanya mencapai lantai dua, jadi hotel ini terasa aman dan nyaman. Lorong kamar-kamar hotel memiliki lebar satu meter dan dilapisi dengan karpet.



Kamar yang akan kami tinggali selama tiga malam ke depan seluas kurang lebih lima kali lima meter, dilengkapi tempat menggantung baju di sebelah kanan yang merupakan sebuah ruang kecil di dinding seluas tiga puluh senti meter kali dua meter. Di ruang kecil itu juga terdapat setrika sekaligus papannya. Di sebelah kiri, terdapat satu kaca besar sekitar dua kali dua meter yang sekaligus merupakan pintu kamar mandi.

Di ruangan tersebut juga terdapat lemari rendah sepanjang dua meter dan tinggi setengah meter untuk meletakkan barang-barang, televisi, pemanas air, cangkir beserta gula dan sendok di dalam laci, serta makanan ringan. Di salah satu sudut lemari tersebut terdapat brankas sebesar empat puluh kali lima puluh sentimeter.



Satu buah sofa sepanjang satu meter terletak tepat di samping lemari. Di sisi ruangan yang menghadap jendela, terdapat sebuah meja, kursi, telepon, dan sebuah catatan beserta bolpoinnya. Tempat tidur kami berukuran King Size dengan laci di kiri dan kanan, lengkap dengan lampu tidur di atasnya.

Pemandangan yang dapat kami lihat dari jendela kamar lantai tiga adalah jalanan Sudirman dan sebuah jembatan penyeberangan. Saat malam hari, gemerlap lampu-lampu dari Gedung dan kendaraan membuat pemandangan kota Jakarta kian terasa. Ditambah lagi, suara klakson dan deru mesin kendaraan yang tidak pernah alpa selama dua puluh empat jam. Kabar baiknya, kami sama sekali tidak terganggu dengan suara-suara tersebut. Kami justru menikmatinya, selain karena tidak terlalu berisik, kami menganggap bahwa suara-suara tersebut merupakan ciri kesibukan kota Jakarta.



Kami benar-benar tak henti-hentinya merasa kagum dengan semua yang ada di dalam ruangan. Serba berkelas. Haha. Maklum, kami bertiga bukan termasuk keluarga menengah ke atas. Namun, salah satu dari kami bertiga jelas pernah menginap di hotel seperti ini karena kami sering menanyakan fungsi alat-alat di dalam ruangan tersebut padanya, termasuk alat-alat yang ada di kamar mandi.

Kamar mandi di ruangan tersebut memiliki luas dua kali dua meter dengan sebuah bath tub, bilik shower, wc duduk, dan wastafel marmer sepanjang satu meter. Di atas westafel tersebut terdapat kaca besar dengan panjang yang sama langsung menempel di dinding. Ada tiga ukuran handuk di sana. Dua handuk berukuran tubuh orang dewasa Eropa, dua handuk pinggang, dan dua handuk muka. Kami juga menemukan berbagai peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi, obat kumur, dan hair dryer di samping westafel. Selain itu, terdapat juga dua gelas kaca dengan empat botol air mineral, dan kotak tisu di salah satu sisinya. Di dalam bilik shower, terdapat sabun, sampo, dan odol yang semuanya berada dalam sebuah tub kecil berukuran sekitar sepuluh sentimeter.






 
Dari segi fasilitas, aku merasa sangat puas. Setiap hari, kami bisa meminta mengganti sprei. Semua peralatan mandi di kamr mandi pun akan diganti setiap hari tanpa diminta. Ketika mengalami masalah dengan tamu undangan, kami bisa menelepon respsionis dan bertanya tentang banyak hal yang akan dijawab dengan jelas dan ramah. Bell boy hotel pun selalu siap sedia di pintu depan dan akan datang kapan pun kami membutuhkan bantuan mereka untuk mengangkut barang-barang seminar. Lengkap dengan senyuman yang selalu tersungging di wajah mereka.

Paginya. kami disediakan menu sarapan yang bervariatif. Ruang makan terletak di lantai satu dan sangat luas. Di dekat pintu masuk, ada petugas yang akan meminta kartu sarapan yang diberikan pada kami bersamaan dengan kartu kamar. Kami dapat mengambil makanan apapun yang kami suka. Tersedia buah-buahan lengkap dengan jus dan es batunya, bakso dengan sebuah gerobak, berbagai macam roti, yogurt, sereal, dan sebagainya. Untuk menu makanan utamanya, tersedia makanan Eropa, Indonesia, Asia Selatan, Asia Timur, dan lain-lain.

Di atas meja, diletakkan pisau, garpu, sendok, piring, tisu, dan kain untuk melapisi paha saat makan. Kursinya sangat empuk dan nyaman, membuatku ingin berlama-lama di ruang makan. Hehe. Selain itu, akan ada pelayan yang akan menawarkan kopi atau teh pada setiap tamu, jadi jangan khawatir untuk tetap merasa Indonesia di tempat makan bergaya Eropa.

Ruangan yang kami gunakan untuk seminar tergolong luas dan full AC. Di luar ruangan akan diletakkan meja panjang dengan berbagai macam makanan untuk tamu acara, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat. Toilet juga terletak tidak jauh dari ruangan. Hanya butuh berjalan sejauh kurang lebih enam meter saja begitu keluar dar ruangan lewat pintu terdekat.





Toilet di depan ruangan seminar juga didesain berkelas internasional. Terdapat berbagai macam tombol seperti bilas depan, belakang, dan pengering yang menempel di dinding. WC duduk pun dapat disetel suhunya, sehingga Anda tidak perlu khawatir jika memiliki beberapa masalah kesehatan atau kebiasaan. Berbeda dengan toilet di kamar yang hanya disediakan tisu, toilet di luar ruangan seminar lengkap dengan air. Di bagian luar terdapat westafel berjejer, sebuah alat pengering tangan, dan tisu.

Di bagian lain hotel, terdapat sebuah kolam renang yang cukup luas. Dari sana, aku dapat melihat beberapa gedung tinggi yang menjulang. Di pinggir-pinggir kolam terdapat banyak tempat bersantai berwarna biru dengan payung kayu besar. Cukup untuk melindungi tubuh dari sengatan cahaya matahari.

Selain kolam renang, Hotel Le Meridien juga menyediakan fasilitas seperti sauna dan spa. Sauna dapat diakses secara gratis bagi seluruh tamu, namun spa perlu merogoh kocek lagi untuk bisa menikmatinya.



Menginap di hotel dengan fasilitas semewah Hotel Le Meridien memang terasa sekali bedanya dibandingkan hotel bintang tiga yang pernah kusinggahi sebelumnya, baik dari segi pelayanannya, fasilitas, human resource (pegawai), sampai harganya. Hehe. Karena saat itu kami sebagai panitia seminar, kami tidak diharuskan merogoh kocek untuk bisa menikmati semua kemewahan tersebut. Namun, ketika aku mencoba browsing harga per kamarnya, untuk kamar yang paling murah (seperti yang aku tempati), dibandrol dengan harga Rp 2.480.500,- (per 19 Maret 2019).
            
        Aku sempat tercengang melihat harganya. Haha. Uang sebanyak itu bisa aku gunakan untuk membayar UKT (Uang Kuliah Tunggal) selama dua semester. Nah, kalau tiga hari? Bisa tujuh semester!

Aku membayangkan orang-orang kaya yang biasa menginap hotel semewah ini. Mereka menghabiskan uang berjuta-juta hanya dalam waktu satu hari saja. Apalagi kalau berhari-hari. Biasanya, aku hanya membaca mengenai gaya hidup orang kaya di novel ataupun film, tetapi ketika menghitungnya sendiri jumlahnya memang terbilang sangat banyak untukku.

Dari kecil, aku selalu diajarkan untuk berhemat dan menabung. Menekan sebisa mungkin pengeluaran yang tidak diperlukan. Ketika aku masih SD, aku bahkan dilarang keras membeli mainan oleh orang tuaku karena dianggap nirfaedah. Apabila ketahuan, tak jarang benda-benda tersebut akan dibuang. Karena itu aku biasanya membeli secara sembunyi-sembunyi.

Hal itu berlaku sampai aku sedewasa ini. Orang tuaku bekerja sebagai wiraswasta, membuka toko di sebelah rumah. Kami tinggal di sebuah kota di Jawa Timur dan rumah kami terletak di pusat kota. Namun, rumahku terselip di sebuha perkampungan yang tentunya hasil dari pekerjaan tersebut tidak terlalu banyak. Hanya karena ibuku adalah orang yang pandai mengatur keuanganlah kami dapat hidup berkecukupan.

Aku juga jarang sekali membeli makanan di luar. Ibu selalu memasak untuk keluargaku. Masakan Ibu tak pernah membosankan dan tentu saja sangat enak. Mungkin karena itu pulalah aku tidak terlalu suka makan di luar, selain karena soal keuangan. Tumbuh di keluarga dan lingkungan yang sederhana membuatku sering memikirkan kisaran uang yang dikeluarkan oleh orang kaya setiap harinya. Untuk berbelanja kebutuhan, listrik, makanan di luar, berbelanja keinginan, dan menginap di hotel-hotel mewah. Tentunya hal itu juga diimbangi dengan pemasukan mereka yang juga besar. Dari situ aku belajar bahwa menyesuaikan pemasukan dengan pengeluaran sangat diperlukan oleh siapapun. Dengan begitu, pemasukan sekecil apapun tidak akan ludes begitu saja untuk memenuhi keinginan-keinginan yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Ini juga merupakan pengalamanku yang paling berharga, yaitu hidup sebagai orang kaya selama tiga hari di hotel mewah ini. Aku jadi merasakan bagaimana nyamannya berendam di bath tub dengan air yang bisa kuatur suhunya sesuka hati, merasakan berbagai cita rasa makanan dari negara lain, dan yang paling penting adalah semangat untuk bisa kembali menginap di hotel sekelas itu lagi. Spirit untuk bekerja keras agar dapat merasakan fasilitas semewah itu lagi.

Menginap selama tiga hari di hotel ini membuat aku jadi betah dan dengan berat hati, pergi di hari keempat. Rasanya hati aku masih terpaut di hotel dan kamar tersebut. Aku merindukan kemewahan dan kenyamanan ketika bermalam beberapa hari di Hotel Le Meridien. Bahkan sampai sekarang, setelah lebih dari tiga bulan berlalu aku masih dapat mengingat dengan jelas pengalaman menyenangkan tersebut. Jadi, jangan pernah segan untuk menginap di hotel ini. Walaupun harganya termasuk mahal, tapi fasilitas yang ditawarkannya pun setara dengan harganya. Anda akan semakin merasa nyaman jika Anda berinteraksi langsung dengan staf hotel yang ramah ketika melakukan pelayanan. Aku yakin Anda akan merasa puas mengnap di hotel ini. Ditambah lagi, hotel ini berada di pusat kota Jakarta yang tentu semakin memudahkan Anda bepergian ke tempat-tempat bagus di Jakarta.


No comments:

Post a Comment

Postingan Terbaru

2+5=7

Bel, mungkin di hari ini tepat 25 tahun lalu, langit sedang cerah, hujan batal turun, dan awan enggan bergumul. Sebab, hari itu ada suara ta...

Postingan Populer