Pada awal Desember 2018 lalu, aku menginap di Hotel Le
Meridien. Hotel ini terletak di jalan Sudirman, Jakarta Pusat, yang terkenal
dengan kepadatan kendaraannya. Bagiku yang sebelumnya hanya pernah menginjakkan
kaki di hotel bintang tiga ke bawah, Hotel Le Meridien terasa sangat mewah.
Begitu melewati pintu depan, kami—aku dan teman-temanku yang menjadi asisten
untuk seminar internasional bertajuk “Global Dynamics Impact to Japan Asean
Relations”—disambut oleh pegawai yang berjaga di depan. Mereka membantu
menurunkan barang-barang kami untuk keperluan seminar selama dua hari ke depan.
Setelah melewati tahap pengecekan, kami melangkahkan
kaki ke dalam dan begitu takjub dengan kemegahan lobinya. Interior hotel
benar-benar mewah dan terlihat berkelas. Kami pun menuju ke resepsionis untuk
mendapatkan kartu kamar dan segera pergi ke lantai tiga. Hotel Le Meridien
terdiri dari delapan lantai dengan dua lantai bawah yang merupakan lobi dan
ruang besar untuk konferensi dan berbagai acara lainnya.
Lantai tiga sampai lantai delapan hanya bisa diakses
oleh pemegang kartu. Lift dioperasikan menggunakan kartu kamar dan tangga hanya
mencapai lantai dua, jadi hotel ini terasa aman dan nyaman. Lorong kamar-kamar
hotel memiliki lebar satu meter dan dilapisi dengan karpet.
Kamar yang akan kami tinggali selama tiga malam ke
depan seluas kurang lebih lima kali lima meter, dilengkapi tempat menggantung
baju di sebelah kanan yang merupakan sebuah ruang kecil di dinding seluas tiga
puluh senti meter kali dua meter. Di ruang kecil itu juga terdapat setrika
sekaligus papannya. Di sebelah kiri, terdapat satu kaca besar sekitar dua kali
dua meter yang sekaligus merupakan pintu kamar mandi.
Di ruangan tersebut juga terdapat lemari rendah
sepanjang dua meter dan tinggi setengah meter untuk meletakkan barang-barang,
televisi, pemanas air, cangkir beserta gula dan sendok di dalam laci, serta
makanan ringan. Di salah satu sudut lemari tersebut terdapat brankas sebesar
empat puluh kali lima puluh sentimeter.
Satu buah sofa sepanjang satu meter terletak tepat di
samping lemari. Di sisi ruangan yang menghadap jendela, terdapat sebuah meja,
kursi, telepon, dan sebuah catatan beserta bolpoinnya. Tempat tidur kami
berukuran King Size dengan laci di
kiri dan kanan, lengkap dengan lampu tidur di atasnya.
Pemandangan yang dapat kami lihat dari jendela kamar
lantai tiga adalah jalanan Sudirman dan sebuah jembatan penyeberangan. Saat
malam hari, gemerlap lampu-lampu dari Gedung dan kendaraan membuat pemandangan
kota Jakarta kian terasa. Ditambah lagi, suara klakson dan deru mesin kendaraan
yang tidak pernah alpa selama dua puluh empat jam. Kabar baiknya, kami sama
sekali tidak terganggu dengan suara-suara tersebut. Kami justru menikmatinya,
selain karena tidak terlalu berisik, kami menganggap bahwa suara-suara tersebut
merupakan ciri kesibukan kota Jakarta.
Kami benar-benar tak henti-hentinya merasa kagum
dengan semua yang ada di dalam ruangan. Serba berkelas. Haha. Maklum, kami
bertiga bukan termasuk keluarga menengah ke atas. Namun, salah satu dari kami
bertiga jelas pernah menginap di hotel seperti ini karena kami sering
menanyakan fungsi alat-alat di dalam ruangan tersebut padanya, termasuk
alat-alat yang ada di kamar mandi.
Kamar mandi di ruangan tersebut memiliki luas dua kali
dua meter dengan sebuah bath tub,
bilik shower, wc duduk, dan wastafel
marmer sepanjang satu meter. Di atas westafel tersebut terdapat kaca besar
dengan panjang yang sama langsung menempel di dinding. Ada tiga ukuran handuk
di sana. Dua handuk berukuran tubuh orang dewasa Eropa, dua handuk pinggang,
dan dua handuk muka. Kami juga menemukan berbagai peralatan mandi seperti
sabun, sikat gigi, obat kumur, dan hair
dryer di samping westafel. Selain itu, terdapat juga dua gelas kaca dengan empat
botol air mineral, dan kotak tisu di salah satu sisinya. Di dalam bilik shower, terdapat sabun, sampo, dan odol
yang semuanya berada dalam sebuah tub
kecil berukuran sekitar sepuluh sentimeter.
Dari segi fasilitas, aku merasa sangat puas. Setiap
hari, kami bisa meminta mengganti sprei. Semua peralatan mandi di kamr mandi
pun akan diganti setiap hari tanpa diminta. Ketika mengalami masalah dengan
tamu undangan, kami bisa menelepon respsionis dan bertanya tentang banyak hal
yang akan dijawab dengan jelas dan ramah. Bell
boy hotel pun selalu siap sedia di pintu depan dan akan datang kapan pun
kami membutuhkan bantuan mereka untuk mengangkut barang-barang seminar. Lengkap
dengan senyuman yang selalu tersungging di wajah mereka.
Paginya. kami disediakan menu sarapan yang
bervariatif. Ruang makan terletak di lantai satu dan sangat luas. Di dekat
pintu masuk, ada petugas yang akan meminta kartu sarapan yang diberikan pada
kami bersamaan dengan kartu kamar. Kami dapat mengambil makanan apapun yang
kami suka. Tersedia buah-buahan lengkap dengan jus dan es batunya, bakso dengan
sebuah gerobak, berbagai macam roti, yogurt, sereal, dan sebagainya. Untuk menu
makanan utamanya, tersedia makanan Eropa, Indonesia, Asia Selatan, Asia Timur, dan
lain-lain.
Di atas meja, diletakkan pisau, garpu, sendok, piring,
tisu, dan kain untuk melapisi paha saat makan. Kursinya sangat empuk dan
nyaman, membuatku ingin berlama-lama di ruang makan. Hehe. Selain itu, akan ada
pelayan yang akan menawarkan kopi atau teh pada setiap tamu, jadi jangan
khawatir untuk tetap merasa Indonesia di tempat makan bergaya Eropa.
Ruangan yang kami gunakan untuk seminar tergolong luas
dan full AC. Di luar ruangan akan diletakkan meja panjang dengan berbagai macam
makanan untuk tamu acara, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat.
Toilet juga terletak tidak jauh dari ruangan. Hanya butuh berjalan sejauh
kurang lebih enam meter saja begitu keluar dar ruangan lewat pintu terdekat.
Toilet di depan ruangan seminar juga didesain berkelas
internasional. Terdapat berbagai macam tombol seperti bilas depan, belakang,
dan pengering yang menempel di dinding. WC duduk pun dapat disetel suhunya,
sehingga Anda tidak perlu khawatir jika memiliki beberapa masalah kesehatan
atau kebiasaan. Berbeda dengan toilet di kamar yang hanya disediakan tisu,
toilet di luar ruangan seminar lengkap dengan air. Di bagian luar terdapat
westafel berjejer, sebuah alat pengering tangan, dan tisu.
Di bagian lain hotel, terdapat sebuah kolam renang yang
cukup luas. Dari sana, aku dapat melihat beberapa gedung tinggi yang menjulang.
Di pinggir-pinggir kolam terdapat banyak tempat bersantai berwarna biru dengan
payung kayu besar. Cukup untuk melindungi tubuh dari sengatan cahaya matahari.
Selain kolam renang, Hotel Le Meridien juga
menyediakan fasilitas seperti sauna dan spa. Sauna dapat diakses secara gratis
bagi seluruh tamu, namun spa perlu merogoh kocek lagi untuk bisa menikmatinya.
Menginap di hotel dengan fasilitas semewah Hotel Le
Meridien memang terasa sekali bedanya dibandingkan hotel bintang tiga yang
pernah kusinggahi sebelumnya, baik dari segi pelayanannya, fasilitas, human
resource (pegawai), sampai harganya. Hehe. Karena saat itu kami sebagai panitia
seminar, kami tidak diharuskan merogoh kocek untuk bisa menikmati semua
kemewahan tersebut. Namun, ketika aku mencoba browsing harga per kamarnya,
untuk kamar yang paling murah (seperti yang aku tempati), dibandrol dengan
harga Rp 2.480.500,- (per 19 Maret 2019).
Aku sempat tercengang melihat harganya.
Haha. Uang sebanyak itu bisa aku gunakan untuk membayar UKT (Uang Kuliah
Tunggal) selama dua semester. Nah, kalau tiga hari? Bisa tujuh semester!
Aku membayangkan orang-orang kaya yang biasa menginap
hotel semewah ini. Mereka menghabiskan uang berjuta-juta hanya dalam waktu satu
hari saja. Apalagi kalau berhari-hari. Biasanya, aku hanya membaca mengenai
gaya hidup orang kaya di novel ataupun film, tetapi ketika menghitungnya
sendiri jumlahnya memang terbilang sangat banyak untukku.
Dari kecil, aku selalu diajarkan untuk berhemat dan
menabung. Menekan sebisa mungkin pengeluaran yang tidak diperlukan. Ketika aku
masih SD, aku bahkan dilarang keras membeli mainan oleh orang tuaku karena
dianggap nirfaedah. Apabila ketahuan, tak jarang benda-benda tersebut akan
dibuang. Karena itu aku biasanya membeli secara sembunyi-sembunyi.
Hal itu berlaku sampai aku sedewasa ini. Orang tuaku
bekerja sebagai wiraswasta, membuka toko di sebelah rumah. Kami tinggal di
sebuah kota di Jawa Timur dan rumah kami terletak di pusat kota. Namun, rumahku
terselip di sebuha perkampungan yang tentunya hasil dari pekerjaan tersebut
tidak terlalu banyak. Hanya karena ibuku adalah orang yang pandai mengatur
keuanganlah kami dapat hidup berkecukupan.
Aku juga jarang sekali membeli makanan di luar. Ibu
selalu memasak untuk keluargaku. Masakan Ibu tak pernah membosankan dan tentu
saja sangat enak. Mungkin karena itu pulalah aku tidak terlalu suka makan di
luar, selain karena soal keuangan. Tumbuh di keluarga dan lingkungan yang
sederhana membuatku sering memikirkan kisaran uang yang dikeluarkan oleh orang
kaya setiap harinya. Untuk berbelanja kebutuhan, listrik, makanan di luar,
berbelanja keinginan, dan menginap di hotel-hotel mewah. Tentunya hal itu juga
diimbangi dengan pemasukan mereka yang juga besar. Dari situ aku belajar bahwa
menyesuaikan pemasukan dengan pengeluaran sangat diperlukan oleh siapapun.
Dengan begitu, pemasukan sekecil apapun tidak akan ludes begitu saja untuk
memenuhi keinginan-keinginan yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Ini juga merupakan pengalamanku yang paling berharga,
yaitu hidup sebagai orang kaya selama tiga hari di hotel mewah ini. Aku jadi
merasakan bagaimana nyamannya berendam di bath tub dengan air yang bisa kuatur
suhunya sesuka hati, merasakan berbagai cita rasa makanan dari negara lain, dan
yang paling penting adalah semangat untuk bisa kembali menginap di hotel sekelas itu lagi. Spirit untuk bekerja keras
agar dapat merasakan fasilitas semewah itu lagi.
Menginap selama tiga hari di hotel ini membuat aku
jadi betah dan dengan berat hati, pergi di hari keempat. Rasanya hati aku masih
terpaut di hotel dan kamar tersebut. Aku merindukan kemewahan dan kenyamanan
ketika bermalam beberapa hari di Hotel Le Meridien. Bahkan sampai sekarang,
setelah lebih dari tiga bulan berlalu aku masih dapat mengingat dengan jelas
pengalaman menyenangkan tersebut. Jadi, jangan pernah segan untuk menginap di
hotel ini. Walaupun harganya termasuk mahal, tapi fasilitas yang ditawarkannya
pun setara dengan harganya. Anda akan semakin merasa nyaman jika Anda
berinteraksi langsung dengan staf hotel yang ramah ketika melakukan pelayanan. Aku
yakin Anda akan merasa puas mengnap di hotel ini. Ditambah lagi, hotel ini
berada di pusat kota Jakarta yang tentu semakin memudahkan Anda bepergian ke
tempat-tempat bagus di Jakarta.
No comments:
Post a Comment